Senin, 14 September 2009

ASY’ARIYYAH
 
MATA KULIAH : ILMU KALAM
DOSEN PEMBIMBING : A. KAMALUDDIN M.ag

DISUSUN OLEH :
MA. FADHIL
ABDUL BASHIR

JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ATTAHIRIYYAH
SEMESTER GENAP 
TA. 2008/2009 JAKARTA

BAB I

  الحمدلله رب العلمين,الحمد لله الواحد الجواد الوهاب الرزاق الحنان المنان, الذي بعث محمدا خاتم انبيائه
, الى جمع الانس والجان, وانزل عليه القرأن, فيه هدا للناس وبينات من الهدى والفرقان, وشرع له ولامته ما وصى به نوحا وابراهيم وموسى وعيسى, وفضل دينه على سائرالاديان, وجعله اكرم خلقه عليه, وجعل أمته خير أمة أخرحت للناس, يؤمنون بالله واليوم الاخر, ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر, ويتعاونون على البر والتقوى ولا يتعاونون على الاثم والعدوان.

Limpahan puji tercurah untuk Maharaja langit dan bumi. Tuhan yang mula-mula menciptakan dan yang menghidupkan kembali sesudah mati. Tuhan yang berbuat apa yang Ia kehendaki. Dzat yang tidak ada yang menyerupai-Nya, yang memiliki sifat-sifat kebesaran dan kemuliaan. Sholawat dan salam terhatur kepada kekasih Robbul ‘Alamin. Insan termulia pemimpin para nabi dan rosul. Penutup para nabi. Pemberi kabar gembira bagi hamba-Nya yang sholih dan pemberi peringatan bagi hamba-Nya yang durhaka. Dalam sebuah hadist rosulullah bersabda :

فانه من يعيش منكم من بعدي فسير اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاءالمهديين الراشدين
تمسكوا بها وغضوا عليها با النواجذ (رواه ابو داود ).
“Maka bahwasanya barang siapa yang hidup lama diantara kamu niscaya akan melihat perselisihan (faham) yang banyak. Ketika itu peganglah sunnahku dan sunnah khulafa’ arrosyidin yang diberi hidayah”. (HR. Abu Daud)

و قال ايضا, ان بني اسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة, وتفترق امتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم فى النار الا ملة واحدة, قا لو ومن هي يا رسول الله ؟ قال : ما انا عيله و اصحابي (رواه الترمذي)

“Bahwasanya Bani Isro’il telah berfirqoh sebanyak 72 millah, dan akan berfirqoh ummatku sebanyak 73 firqah, semuianya masuk neraka kecuali satu, Para shahabat bertanya, siapa mereka ya rosulallah ? rosulullah bersabda : mereka yang berpegang pada sunnahku dan sunnah shahabatku”. (HR. Turmudzi)”.

         Dari kedua hadist ini rosulullah memberi peringatan kepada kita, bahwa nanti diakhir zaman akan terjadi perpecahan di kalangan ummat islam. Pada saat itu yang rosulullah perintahkan adalah berpegang teguh pada sunahnya. Agar tidak terbawa pada faham-faham yang tidak sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh beliau . Sesuai hadist diatas ummat islam akan terpecah menjadi 73 golongan diantaranya adalah mu’tazilah, qodariyyah, jabariyyah dan lainnya. Salah satu dari 73 golongan itu adalah Asy’ariyyah yang pendirinya adalah salah seorang mantan pengikut Mu’tazilah yang pada akhirnya ia membuat sendiri madzhab baru dalam aqidah setelah keluar dari Mu’tazilah. Tema inilah yang akan diangkat oleh pemakalah, yaitu tentang Asy’ariyyah.

BAB II
PEMBAHASAN

II.I LATAR BELAKANG KEMUNCULAN ASY’ARIYYAH

Kemunculan Asy’ariyyah berawal dari penolakan yang dilakukan Asy’ari terhadap Mu’tazilah. Asy’ari menganggap pemikiran-pemikiran Mu’tazilah dapat memecah belah umat islam. Sebagai seorang muslim yang merindukan persatuan umat islam, ia sangat mengkhawatirkan al-Qur’an dan hadist nabi menjadi korban faham-faham kaum Mu’tazilah yang menurut pendapatnya tidak dapat dibenarkan karena didasarkan atas pemujaan akal fikiran. Ketika mencapai usia 40 tahun, ia bersembunyi di rumahnya selama 15 hari kemudian pergi ke masjid di bashrah. Di depan orang banyak ia menyatakan bahwa Qur’an adalah makhluq, Tuhan tidak dapat dilihat mata kepala, perbuatan buruk, manusia sendiri yang membuatnya. Kemudian Ia mengatakan “Saya tidak lagi memegang pendapat-pendapat tersebut, saya harus menolak faham-faham Mu’tazilah dan menunjukkan keburukan-keburukan dan kelemahan-kelemahannya”. Saya nyatakan terus terang bahwa saya telah lemparkan I’tiqod Mu’tazilah seperti saya lemparkan baju saya ini (ketika itu dibukanya bajunya dan dilemparkan). Dan saya siap setiap saat untuk menolak faham Mu’tazilah yang salah dan sesat itu . Inilah momentum pertama kali iqrar seorang Asy’ari akan keluarnya dirinya dari mu’tazilah yang telah ia ikuti selama 40 tahun. Karenanya al-Asy’ari mengambil jalan tengah antara golongan rasionalist dan textralist dan ternyata jalan tersebut dapat diterima oleh golongan mayoritas umat islam

II.II. PENDIRI ASY’ARIYYAH

Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali bin Ismail bin Abi Basyar al-Asy’ari beliau seorang keturunan shahabat nabi Abu Musa al-Asy’ari. Beliau lahir pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/935 M dalam usia 64 tahun . Pada masa kecilnya Asy’ari sebenarnya adalah seorang Mu’tazilah. Ia berguru kepada ayah tirinya seorang ulama’ Mu’tazilah terkenal yaitu Syeikh Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahhab al-Jubba’i (wafat tahun 303 H). Pada masa itu banyak ulama’-ulama’ Mu’tazilah yang mengajar di Bashrah, Kufah dan Baghdad. Ia mempelajari dan mendalami ajaran-ajaran Mu’tazilah bahkan sampai menyusun kitab-kitab kemu’tazilahan. Pada masa al-Asy’ari muda, ajaran Mu’tazilah sedang dalam masa keemasannya karena didukung oleh pemerintah. Setidaknya ada 3 periode khalifah ‘Abbasiyyah yang mendukung ajaran ini yaitu khalifah Ma’mun bin Harun ar-Rasyid (198-218 H), al-Mu’tashim (218-227 H) dan al-Watsiq (227-232 H). ketiga khalifah ini adalah penganut faham Mu’tazilah. Beliau menganut faham Mu’tazilah sampai usia 40 tahun dan setelah itu beliau menyatakan dirinya menjadi orang yang siap berjuang melawan kaum Mu’tazilah dengan lisan dan tulisan sampai akhir hayatnya. Karya-Karya Abu Hasan Ali al-Asy’ari yang terkenal : - Ibanah fi Ushulid Diyanah - Maqolaatul Islamiyyin - al-Mujaz - Al-Luma’

II. KONSEP PEMIKIRAN ASY’ARIYYAH II

.I SIFAT TUHAN

                “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Asy’ari berpendapat bahwa tuhan memiliki sifat. Asy’ari berpendapat dzat Tuhan bukanlah sifat-Nya. Dengan kata lain sifat Tuhan berbeda dengan dzat-Nya. Tuhan bukanlah pengetahuan (‘Ilm), tetapi yang mengetahui (‘Alim). Tuhan mengetahui dengan pengetahuan dan pengetahuan bukanlah dzat-Nya .

II.II PEMAHAMAN TERHADAP AL-QUR’AN

Menurut Asy’ari Al-qur’an bukanlah makhluq, al-Qur’an adalah kalamullah. Yang qodim yang azali yang tidak ada permulaan padanya.            “Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia”. Kalau al-Qur’an itu makhluq, tentu yang menjadikan alam ini adalah makhluq bukanlah Khaliq. Karena “Kun” itu adalah Qur’an. Ini mustahil kata Imam Baihaqi, bagaimana perkataan-Nya dijadikan oleh perkataan-Nya. Waktu sebelum “Kun” dijadikan, siapakah yang menjadikan alam .

II.III MELIHAT TUHAN

        “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat”. Tuhan dapat dilihat di akhirat begitu pendapat Asy’ari. Sifat dapat dilihatnya tuhan tidak berarti ia bersifat diciptakan. Sedangkan sifat-sifat yang tak dapat disandarkan kepadanya hanyalah sifat-sifat yang dapat mengarah kepada diciptakannya Tuhan. Dan dapat dilihatnya Tuhan tidak berarti Ia makhluq .

II.IV IMAN DAN KUFUR

•                      “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. Orang yang berdosa besar tetaplah mu’min karena imannya masih ada akan tetapi karena dosa besar yang dilakukannya ia menjadi fasiq. Karena bila orang berdosa besar dikatakan kafir maka dalam dirinya tidak akan didapati kufur atau iman .

II.V KEADILAN TUHAN
فيقول : وعزتي وجلالى وكبريائى ؤعظمتى لاخرجن منها من قال : لااله الا الله

رواه البخا رى “Maka Tuhan berfirman : Demi kegagahan-Ku, demi kebesaran-Ku, demi ketinggian-Ku dan demi keagungan-Ku, Aku akan keluarkan dari neraka sekalian orang yang mengucapkan : “Tiada Tuhan kecuali Allah”. (HR : Bukhori)

Tuhan berkuasa mutlak dan tidak ada sesuatupun yang wajib bagi-Nya. Apabila ada seorang mu’min yang berbuat kebajikan tidak ada kewajiban bagi Tuhan untuk memasukkannya ke dalam syurga. Begitu pula bila ada seorang kafir yang berbuat musyrik, tidak ada keharusan bagi Allah untuk memasukkannya ke dalam neraka. Dan tidak mengapa bila Allah memberi rahmat-Nya dan memasukkannya ke dalam syurga .

II.III TOKOH-TOKOH ASY’ARIYYAH
1. Abu Bakar al-Qoffal (W 365 H).
2. Abu Ishaq al-Asfaraini (W 411 H).
3. al-Hafizh al-Baihaqi (W 458 H).
4. al-Juwaini (W 460 H).
5. al-Qusyairi (W 465 H).
6. al-Baqillani (W 403 H).
7. al-Ghozali (W 505 H).
8. ar-Rozi (W 606 H).
9. ‘Izzuddin ibn ‘Abdissalam (W 660 H).
10. asy-Syarqowi (W 1227 H).
11. al-Bajuri (W 1272 H).
12. al-Fathoni
13. ath-Thalabilisi

BAB III
PENUTUP

Pada dasarnya seluruh aliran-aliran kalam dalam Islam menggunakan akal dan wahyu. Hanya saja ada aliran kalam yang lebih memuliakan akal, dan ada yang lebih cenderung kepada wahyu. Perbedaan dari semuanya itu hanyalah pada interpretasi dari tiap-tiap ayat al-Qur’an. Itulah juga yang terjadi dalam lapangan fiqh mengapa terjadi adanya madzhab maliki dan yang lainnya. Pada intinya yang baik kita ambil dalam menghadapi satu masalah adalah berikhtiar lebih dahulu seperti keyakinan Qodariyyah dan mengenai hasilnya diserahkan kepada Allah sebagaimana I’tiqod Jabbariyyah.

وفقنا الله واياكم الى طرىقه القويم

DAFTAR PUSTAKA

1. Nasution, Harun, Theologi Islam, UI-PRESS, 1986
2. Fathoni, Ahmad, MA, Theology Islam, al-Ma’arif, Bandung.
3. Abbas, Siradjuddin, KH, I’tiqod Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 2006.
4. Abbas, Siradjuddin, KH, Sejarah dan Keagungan Madzhab Syafi’i, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 2006.
5. al-Haddad, Abdullah bin ‘Alwi, Risalatul Mu’awanah, Dar el-Hawi, Yaman.
6. al-Harari, Abdullah, asy-Syeikh, Halu Alfazh Mukhtashar al-Harari, dar el-Masyari’, Libanon.
7. Tim Litbang Syahamah, Risalah Tauhid Allah Ada Tanpa Tempat, Syahamah, 2003 o

Tidak ada komentar:

Posting Komentar