Sabtu, 01 Agustus 2009

IKHLAS BERAMAL 

MATA KULIAH : HADIST
DOSEN PEMBIMBING : Drs. H. ABDUL HALIM SHOLEH Msi

DISUSUN OLEH :
MA. FADHIL
Hj. WAHYUNINGDYAH

JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM ATTAHIRIYYAH
SEMESTER GENAP TA. 2008/2009 JAKARTA

BAB I
 
الحمدلله رب العلمين, الحمدلله خالق السموات والارضين, وصلى الله وسلم على رسول الله محمد الامين, وعلى أله وصحبه الطيبين الطاهرين, وبعد. فان الله تبارك وتعالى يقول في كتابه العزيز : ﴿ان الله وملئكته يصلون على النبي, يا ايها الذين أمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما﴾  الاحزاب : ۵٦

                        Segala puji bagi Allah yang menciptakan tujuh lapis langit dan bumi, sholawat dan salam tercurah kepada rosulullah B nabi Muhammad al-Amin, dan para keluarganya, para shahabatnya yang baik dan suci. Pada makalah kami kali ini kami berusaha untuk menunaikan tugas yang diberikan dosen pembimbing yaitu untuk mengangkat tema keikhlasan dalam beramal.
                      Pemakalah sendiripun belum dapat menjadi orang yang melakukan segalanya lillah wa fillah karena memang keikhlasan dalam apapun sulit untuk dilakukan baik dalam hal yang berkaitan dengan ‘ubudiyyah maupun yang bersifat duniawiyyah. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan bantuan dari rekan-rekan untuk memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan makalah ini dan untuk kebaikan kita bersama.

وفقنا الله و اياكم الى طريقه القويم


BAB II 
PEMBAHASAN 

II.I KEIKHLASAN BERIBADAH


Allah berfirman :

    
       •       البينة 
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat,dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

                        الحج 

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik (QS: al-Hajj).

.                          ال عمران

Katakanlah: "Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui". Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.(QS: al-Imran).

                        Allah tidak melihat banyaknya darah yang keluar dari hewan qurban yang kita sembelih. Allah tidak melihat berapa rupiah yang terbelanjakan untuk membeli hewan qurban. Dan Allah tidak melihat berapa ekor hewan yang disembelih. Tetapi yang Allah lihat adalah sampai dimana keikhlasan seseorang untuk berqurban di jalan Allah. Allah juga mengajarkan agar senantiasa menjaga hati dari sifat riya’.
                       Dalam beramal ibadah atau dalam hal-hal lainnya umat islam dianjurkan senantiasa menjaga keikhlasan diri. Karena tidak akan ada nilainya ibadah yang anda lakukan bila tidak disertai dengan keikhlasan. Dari ketiga ayat ini nyata benar betapa penting peran niat dan keikhlasan itu dalam sebuah amal ibadah, yang merupakan bukti nyata akan keta’atan dan cinta seorang hamba kepada Allah . Maka oleh sebab itu para ulama’ selalu menempatkan niat pada posisi pertama sebelum melakukan amal ‘ibadah apapun.

و عن امير المؤمنين ابي حفص عمر ابن الخطاب  قال : سمعت رسول الله 
يقول : انما الاعمال با النيات و انما لكل امرء ما نوى فمن كانت هجرته الى الله ورسوله فهجرته الى الله ورسوله, ومن كانت هجرته للدنيا يصيبها او امرءة ينكحها فهجرته الى ما ها جر اليه متفق عليه.

Dari Umar RA berkata : saya telah mendengar Rosulullah SAW bersabda : Sesungguhnya segala amal perbuatan itu didasari niat, dan bagi setiap orang itu apa yang diniatkan, maka barang siapa berhijrah Karena Allah dan Rosul-Nya maka hijrah itu diterima oleh Allah dan Rosul-Nya, dan barang siapa hijrah karena dunia atau perempuan yang ingin dinikahinya maka hijrahnya untuk apa yang ia niatkan.

                       Dalam hadist ini rosulullah mengajarkan agar senantiasa amal ibadah yang dilakukan hanya karena Allah semata. Karena bila seseorang mengharapkan selain Allah dalam niatnya beribadah, maka ia hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan dari dunianya tersebut dan tidak mendapatkan pahala apalagi keridho’an Allah. Tetapi bila ia niatkan untuk Allah dan rosul-Nya, maka ia bukan hanya mendapatkan pahala dan keridho’an Allah tapi dunia berupa materi atau apapun juga akan ia dapatkan.
                      Maka sungguh beruntung orang yang bisa ikhlas dalam niatnya karena ia akan bahagia dunia dan akhirat. Karena demikian pentingnya soal niat itu ulama meletakkan niat sebagai rukun pertama dalam semua ibadah. Bahkan pembeda antara ibadah dengan adah hanyalah niat. Sesuatu perbuatan adah diniatkan mengikuti tuntunan Allah dan Rosulullah maka ia berubah menjadi ibadah yang berpahala. Para ulama’ juga membagi niat menjadi lima spesifikasi : Hakikat niat : sengaja melakukan amal ibadah Hukum niat : wajib atau sunnah Tempat niat : hati Waktu niat : pada permulaan ibadah Syarat niat : untuk tujuan ibadah karena Allah

II.II LARANGAN BERBUAT RIYA’ (SYIRIK KECIL)

            ••                               البقرة 

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS: al-Baqarah).

•             ••       النساء

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (QS: an-Nisa').

             

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

                          Ayat ini jelas sekali menuntun kita agar dapat lillah wa fillah dalam beribadah kepada Allah. Karena dalam ayat itu jelas sekali orang yang dapat berjumpa dengan Allah hanyalah mereka yang tidak mempersekutukan Allah dalam ibadahnya. Artinya ibadah yang dilakukan hanya untuk Allah. Apapun yang telah diberikan pada seseorang baik berupa materi ataupun lainnya janganlah diingat-ingat lagi.
                        Seseorang yang memberikan bantuan pada orang lain yang tidak ikhlas akan terlihat dari sikapnya setelah memberikan bantuan. Apabila ia memberikan bantuan karena mengharapkan pujian dari orang lain atau mengharapkan imbal balik dari orang lain, maka bila ia tidak mendapatkan semuanya itu Ia akan marah bahkan mengambil kembali bantuan yang telah diberikan tersebut.
                        Tetapi orang yang memberikan sesuatu hanya mengharapkan keridho’an Allah apapun yang terjadi ia tetap bersyukur dan berserah kepada Allah. Ia tidak akan bersedih bila namanya tidak terekspose tidak akan marah bila tidak dipuji dan tidak akan mengambil kembali apa yang ia telah berikan pada orang lain bila tidak ada imbal baliknya. Inilah ciri orang-orang yang ikhlas dalam beramal. Tidak pernah mengungkit atau mengingat-ingat lagi apa yang pernah dilakukan untuk orang l;ain. Sebenarnya orang munafiq itu bukannya menipu Allah tetapi mereka menipu dirinya sendiri.
                       Seperti ketika sholat dihadapan orang atau ditempat ramai sholatnya bertambah khusyu’. Tapi bila sholat di tempat yang sepi (sendirian), maka sholatnya tidak sekhusyu’ bila dihadapan orang. Inilah salah satu ciri orang yang riya’ dalam ibadah.

و عن ابي هررة  قال : قال رسول الله  اية المنافق ثلاثة اذا حدث ككذب واذا وعد اخلف وذا ئتمن خان متفق عليه.

Dari Abi Huroiroh RA berkata bersabda Rosulullah SAW tanda orang munafiq itu ada tiga bila berbicara berdusta bila berjanji ingkar bila diberi amanah khianat (Muttafaq ‘Alaih).

                        Nifaq adalah menyampaikan sesuatu yang baik padahal hatinya tidak sesuai dengan apa yang disampaikan melalui lisannya. Maka seseorang yang mengatakan dirinya islam tetapi dihatinya ia mengingkari keislaman yang ia nyatakan melalui lisannya tersebut orang tersebut dinyatakan kafir. Karena ketika seorang muslim mengucapkan syahdatain ia harus memenuhi 3 syarat iqrar bil lisan tashdiqon fi qolbih dan afal bil arkan. Bila salah satu dari ketiga syarat ini tidak terpenuhi maka syahadatainnya batal.

و عن ابي هررة  قال : سمعت رسول الله  يقول : قال الله تعالى انا اغنى الشركاء عن الشرك, من عما عملا اشرك فيه معي غيري تركته و شركه  رواه مسلم.

Abu huroiroh RA berkata : saya telah mendengar Rosulullah SAW bersabda : aku terkaya dari semua sekutu untuk dipersekutukan maka siapa beramal untuk suatu perbuatan yang dipersekutukan kepada yang lain maka saya tinggalkan ia pada sekutu itu.

و عن محمود بن لبيد  قال رسول الله  : ان اخوف ما اخاف عليكم الشرك الاصغر : الرياء  اخرحه احمد باسنا د حسن.

Sesungguhnya hal yang paling aku akuti diantara kalian adalah syirik kecil (riya’) : Dikeluarkan oleh Ahmad dengan sanad hasan.

                      Didalam sebuah hadist rosulullah mengatakan bahwa : Allah berfirman saat hari kiamat saat Dia membalas seluruh perbuatan hambanya pergilah kamu kepada orang-orang yang dahulu ketika di dunia kamu memamerkan sesuatu kepadanya, lalu lihatlah apakah kamu menemukan balasan pada mereka. Jelas sekali sindiran dari Allah ini terhadap orang-orang yang riya’ dalam ibadahnya.
                     Ini juga satu bukti nyata ketidak ridho’an Allah terhadap hamba-hamba-Nya yang melakukan keriya’an dalam ibadahnya. Lagipula bagaimana mungkin kita mengharapkan pahala dan keridho’an dari seorang manusia yang ia belum tentu sanggup untuk menanggung beban dosanya sendiri. Maka dari itu lindungilah senantiasa diri kita dari sifat riya’.
                    Karena riya’ dapat menghapus amal seperti api memakan kayu bakar. Hati adalah segumpal daging yang apabila baik seluruh tubuh menjadi baik dan apabila ia rusak seluruh tubuh menjadi rusak. Maka sibukkanlah anda dengan memperbaikinya supaya semua anggota badan anda menjadi baik dan kebaikan hati itu tercapai dengan Muroqobah.

BAB III PENUTUP 

Riya’ adalah salah satu penyakit hati. Ulama’ tasawwuf mengibaratkan hati sebagai raja dan anggota tubuh lainnya adalah rakyatnya. Apabila rajanya baik maka rakyatnya akan baik. Tetapi bila rajanya buruk maka pastilah rakyatnya juga akan menjadi rakyat yang buruk. Begitu pula dengan hati, apabila hatinya baik maka anggota tubuh yang lain akan menjadi baik. Sementara bila hatinya buruk maka anggota tubuh yang lain juga akan terbawa buruk. Hati juga dapat diibaratkan seperti tanah dan gerakan tubuh seperti tanaman. Pada tanah yang baik tanaman akan tumbuh subur dengan idzin Allah, sedangkan pada tanah yang gersang tanamannya tumbuh merana. Oleh karena itu seorang muslim harus senantiasa menjaga hatinya dari segala penyakit-penyakit hati, khususnya riya’ atau ketidakikhlasan dalam ibadah. Karena tidak ada obat dari penyakit hati selain menjaga keikhlasan dalam beramal ibadah kepada Allah.

DAFTAR PUSTAKA 

1. Bahreisy, Salim, Riyadush Sholihin, al-Ma’arif, bandung 2. al-Atsqolani, Ibnu Hajar, al-Hafizh, Buluguhul Marom, dar ihya’ kutubil ‘arobiyyah, Indonesia 3. al-Ghozali, al-Imam, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin, Sinar Baru Algensindo, Bandung, 2009 n

Tidak ada komentar:

Posting Komentar